Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2017

Islam Bicara Konteks Sosial?

Riuh gemuruh problematika melanda negeri ini (Indonesia), dari berbagai problematika pelik yg muncul ke permukaan maupun yg "masih" diredam menurutku berakar pada keadilan di negeri ini yg tak kunjung membaik, apalagi sesuai dg narasi yg dicita-citakan. Keadilan dalam berbagai sektornya mungkin masih berada di alam mimpiku. Buruknya keadilan itu merembet ke berbagai hal yg kemudian semakin menyebabkan kegaduhan. Jangankan di kalangan bawah, bahkan para elit dan penguasa negeri pun gaduh tak karuan dalam menerjemahkan keadilan yg tepat di negeri ini. Hampir sekitar dua dekade yg lampau, Amien Rais, mantan Ketua MPR RI pernah menelurkan buah pemikirannya dalam narasi tauhid sosial. Gagasan tauhid sosial tersebut agaknya bisa dipahami sebagai respon terhadap ketimpangan sosial dan buruknya keadilan di Indonesia kala itu. Mungkin pemikiran tersebut (tauhid sosial) sudah cukup jauh dengan era kita sekarang (telah terpisah sekitar dua dekade lamanya), namun menurut sa

Menulis itu Pembiasaan Diri

Aktivitas menulis sudah kita semua alami sejak kecil. Mungkin sejak kita duduk di Taman Kanak-kanak (TK) sedikit-banyak mulai diajarkan menulis, bahkan sebelum itu mungkin kita telah didorong oleh kedua orang tua kita untuk belajar menulis. Berbagai hal yang ada di benak, kita tulis, corat-coret pada segala macam media, bukan cuma di buku, di tembok dan lantai pun banyak terukir tulisan-tulisan masa kecil kita.  Mengarang sebuah tulisan hasil pengalaman ataupun hasil pemikiran kita biasanya sudah diajarkan ketika kita masuk bangku SD, SMP, hingga SMA melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kita diajarkan membuat puisi, pantun, prosa, cerpen, naskah drama, resensi buku, dan sebagainya.  Kita semua sebagai orang Indonesia, faktanya mata pelajaran ini (Bahasa Indonesia) dalam UN (Ujian Nasional) seringkali mendapatkan nilai yang ada di bawah mata pelajaran lainnya. Kita sendiri sebagai orang Indonesia tidak paham betul dengan Bahasa Indonesia. Mungkin sudah barang wajar, bukan menjadi ha

Membangun "Khudi" menjadi Insan Kamil (telaah pemikiran Mohammad Iqbal)

Mohammad Iqbal adalah seorang muslim yg taat, ia dilahirkan dalam keluarga muslim yg taat pula sehingga menjadikan ia pribadi yg tangguh dan menginspirasi, tokoh yg sangat sentral dalam pemikiran dan pergerakan di India (Kala itu Pakistan belum berdiri).  Iqbal, begitulah namanya akrab dibicarakan khalayak, ia banyak melahirkan karya dan pemikiran yg fenomenal, yg bahkan masih sangat relevan dg kondisi kekinian. Salah satu karya fenomenalnya adalah pemikirannya dalam buku "Reconstruction of Religious Thougth in Islam" (Rekonstruksi Pemikiran Religi dalam Islam).  Iqbal juga merupakan seorang tokoh yg komplet, ia adalah seorang filosof, seorang penyair, ideolog, bahkan dia juga adalah seorang politikus.  Ia juga menelurkan gagasannya terkait pribadi (individu) insan kamil (the perfect man) dalam islam melalui pemikiran dan pandangan empirisnya terhadap realita singgungan islam dan sosial-politik di India kala itu.  Dalam pemikirannya terhadap sosok insan kamil, Iqbal menekanka

Sophie dalam Media Sosial

Aku tengah merenung akan "viral"-nya pemblokiran salah satu media sosial, Telegram, dan rencana pemblokiran beberapa media sosial lainnya di Indonesia. Aku mulai membaca satu per satu tulisan-tulisan, artikel-artikel, opini-opini yang berkembang di mulai dari para akademisi, para aktivis, hingga para tokoh masyarakat dan pejabat-pejabat pemangku kebijakan. Kupahami dengan betul bagaimana pandangan mereka, kusimak dengan seksama perspektif yang mereka sampaikan, kuperhatikan betul bagaimana analisa yang mereka berikan. Diriku secara pribadi, mungkin bukan hanya aku, bahkan mungkin sebagian besar penduduk Indonesia sangat bergantung dengan media sosial dalam aktivitas hidupnya. Interaksi yang mereka jalin dengan kawan-kawan yang berada di jarak yang jauh untuk dijangkau, update informasi, dan berbagai  hal lainnya yang tentu "memudahkan" kita, manusia dalam berbagai hal. Setiap hal pastilah memiliki dampak positif dan dampak negatifnya, itu pula yang dialami oleh saha