Ramadhan kerap dirindukan, ia dianggap sebagai waktu-waktu yang penuh berkah, sangat hebat dibandingkan dengan waktu-waktu lainnya. Ketika Syawal tiba, euforia Idul Fitri melenyapkan euforia Ramadhan, bahkan sebagian justru merasa lega, karena tidak harus berpuasa lagi, tak memerjuangkan qiyamu al-lail lagi, tak harus berzakat lagi, dan sebagainya. Banyak yang sekadar memaknai Ramadhan justru sebagai beban. Ramadhan yang diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman seharusnya bisa dimaknai sebagai titik tolak transformasi diri. Maka, bukan berarti pasca Ramadhan kita beraktifitas layaknya hari-hari biasa, justru harus lebih baik dari ketika Ramadhan. Harusnya dengan berakhirnya Ramadhan maka kita harus bersedih karena banyak kandungan hikmah Ramadhan yang mungkin belum kita raih, sementara kita mungkin tak akan berjumpa lagi dengannya. Maka, makna kemengan di hari yang fitri bukanlah kemenangan karena Ramadhan telah usai, tapi kemenangan karena kita telah menjalankan Ramadhan dengan bai...
Catatan-catatan harian dan pandangan seorang awam!